Masih ingatkan kita dengan Triawati Octavia, siswi berjilbab dari SMAN 2 Kuningan, Jawa Barat yang meraih peringkat pertama nasional untuk Ujian Nasional (UN) SMA tahun 2012 lalu, apa resepnya sehingga bisa mencapai prestasi tersebut?
Gadis yang biasa disapa Tria adalah putri Drs. Syahrul Arifin dan Hj. Uhintawati, A.Md.Keb. Sebelum UN berlangsung, memang tidak ada yang istimewa dari dirinya. Jika dibandingkan rekan-rekannya yang selalu juara kelas, prestasi Tria tak ada apa-apanya. Pihak sekolah sendiri menganggap prestasi akademik Tria biasa-biasa saja seperti kebanyakan siswa yang lain. Malah, tak pernah sekali pun Tria menembus posisi tiga besar di kelasnya. Tak mengherankan jika pihak sekolah juga nyaris tidak percaya bahwa Tria bisa meraih hasil UN tertinggi se-Indonesia.
Namun, fakta berbicara lain, Tria lulus UN SMA dengan meraih peringkat pertama nasional. Tentu prestasi ini tidak datang dengan tiba-tiba. Ada dua resep istimewa yang dijalankan dengan baik oleh Triad an patut ditiru oleh siswa dan siswi SLTA yang akan menempuh UN tahun ini, yaitu: Pertama, mematuhi sikap tegas kedua orang tuanya. Bentuk kepatuhan Tria tersebut adalah saat belajar, ia dilarang orang tuanya menonton TV atau keluar malam dan ini ia patuhi. Ia pun patuh ketika bapaknya melarangnya main Facebook. Kepatuhan inilah yang membuatnya menjadi disiplin, tekun dan rajin belajar; dan kedua, , ini yang penting, Tria selalu melaksanakan shalat dhuha dan shalat malam agar selalu memiliki ketersambungan (connectedness) dengan Allah.
Faktor kedua,ketersambungan dengan Allah, inilah yang nampaknya membedakan Tria dengan rekan-rekan sebaya yang juga berusaha untuk lulus dan mendapatkan nilai UN tertinggi. Menurut KH. Wahfiudin Sakam, SE, MBA, pencetus Teknologi Qalbu Linguistic Programming (QLP) dan Kepala Bidang Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC), bahwa orang yang tersambung ruhaninya kepada Tuhan, dia akan memiliki beberapa dampak positif. Antara lain, yaitu: Pertama, merasa dekat dengan Tuhan. Jika seseorang tersambung kepada Tuhan, pasti ia merasa dekat dengan Tuhan. Kalau sudah dekat dengan Tuhan, maka akan muncul beberapa kondisi mental positif dalam diri kita, antara lain: Merasa diawasi, tentram, dan terbimbing Tuhan. Jika seseorang merasa diawasi Tuhan, maka akan muncul beberapa karakter positif. Seperti jujur, disiplin, amanah, semangat dan lain-lain. Seorang anak balita akan tentram kalau dekat dengan ibunya. Manusia dewasa akan tentram kalau ia merasa dekat dengan Tuhannya. Kedekatan dengan Tuhan menghasilkan ketentraman batin. Jika seseorang memiliki ketentraman, maka ia akan lebih jernih dalam berpikir, kepribadiannya matang, mudah mengendalikan emosi, sehat, terhindar dari stres dan pada akhirnya ia menjadi lebih produktif. Orang yang dekat dengan Tuhan akan terbimbing hidupnya oleh Tuhan. Tuhan terlibat dalam kehidupan kita baik ketika kita di kantor, di jalan maupun di rumah. Ketika Tuhan terlibat dalam kehidupan kita, maka hidup kita akan berkah. Berbagai keberkahan akan kita terima apapun kejadian yang kita alami.
Kedua, meningkat cintanya kepada Tuhan. Cinta adalah kunci keikhlasan. Karena Keikhlasan yang sejati adalah keikhlasan yag timbul dari rasa cinta. Tanpa cinta kepada Tuhan, keikhlasan hanyalah sikap yang semu dan jargon semata. saat Jibril bertanya kepada Allah tentang ikhlas, Allah menjawab ikhlas adalah: “..Satu rahasia dari rahasia-rahasiaku yang aku titipkan kepada qalbu orang yang aku cintai dari hamba-hambaku.”Orang yang cinta kepada Tuhan melaksanakan pekerjaannya dengan upaya terbaik dan mempersembahkan pekerjaannya sebagai pengabdian kepada Tuhan.
Mengapa ketersambungan dengan Allah memberikan efek yang dahsyat seperti itu? Ini dikarenakan pusat kesadaran, perasaan, kecerdasan, keyakinan dan kemauan bukanlah di otak, melainkan di qalbu. Maka dengan qalbulah sebenarnya manusia berpikir, dan qalbu adalah inti dari kemanusiaan. Apalagi Allah SWT terhubung dengan manusia melalui qalbu (Q.S. Al-Anfal ayat 24). Rasulullah SAW juga bersabda,” Ingatlah! Bahwa di dalam tubuh itu ada segumpal mudghah, bila mudghah itu baik, akan baiklah seluruh tubuh itu, dan bila mudhgah itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Mudghah itu adalah Qalbu.” Maka orang-orang yang selalu melaksanakan shalat dhuha, terlebih shalat tahajud seperti Tria, atau ibadah-ibadah lainnya merupakan bentuk-bentuk dzikir (mengingat) kepada Allah SWT. Karenanya ketersambungan kepada Allah SWT adalah dzikir yang membuat qalbu seseorang semakin hidup dan bersih. Qalbu yang telah bersih dan semakin bersih karena terus berdzikir tentu membuat pemiliknya semakin tentram (Q.S. Ar-Ra`d ayat 28)dan ketentraman inilah yang meningkatkan kecerdasan. Inilah yang menurut saya menjadi faktor utama kesuksesan Triawati Octavia.
Maka pada UN tahun 2013 ini, JIC dengan produk teknologi QLP yang telah diujicoba dan praktikan kepada pelajar akan mengadakan Pelatihan Teknologi QLP bagi Siswa/i SLTA Kelas XII se-DKI Jakarta untuk Lulus UN bersama KH. Wahfiudin Sakam, SE, MBA pada hari Selasa, 9 April 2012 dari jam 7.30 s/d 16.00 WIB bertempat di Aula Serba Guna JIC Jl. Kramat Jaya, Koja, Jakarta Utara. Pelatihan ini gratis, dan bagi siswa/i SLTA Kelas XII yang berdomisili di DKI Jakarta dapat mengikuti pelatihan ini dengan mendaftar ke 082124348581; 081314165949. Panitia hanya menyiapkan makanan ringan, sedangkan makan siang dan transportasi ditanggung oleh peserta. Teknologi QLP memang sangat berguna karena pemograman qalbu yang dilakukan trainer (KH.Wahfiudin Sakam, SE, MBA) dengan teknik-teknik dzikir tertentu dan teknik lainnya dapat meningkatkan tiga aspekkecerdasan peserta sekaligus, yaitu kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang insya Allah dapat membuat siswa dan siswi tersebut lulus UN. Aamiin. ***
Oleh: Rakhmad Zailani Kiki
Kepala Seksi Pengkajian JIC