Nikmat sekali kalau kita sedang berzikir bisa menangis. Air mata yang hangat serasa mengalir membasahi dada dan qalbu yang gersang, mencairkan kebekuan perasaan yang sudah jauh dari Allah. Kita pun ikut terguncang jiwa ketika menyaksikan orang yang berdzikir tesedu-sedu. Tetapi sayangnya tangis dan air mata itu tak selalu bisa mengalir keluar. Kadang sudah kita upayakan pun belum mau juga keluar. Apakah karena qalbu kita sudah beku? Atau sudah kebal sehingga gak mempan lagi? Tapi mengapa kegelisahan pun ikut hilang?
Sahabat Abu Bakar ra dikenal sebagai orang yang mudah menangis dalam dzikir dan shalat. Ketika mendengar Nabi menyampaikan ayat tentang telah sempurnya agama Allah diturunkan, beliau tahu masa kerasulan akan segera berakhir, beliau menangis.
Tangis dan air mata
Eskpresi gejolak emosional yang sangat dahsyat, bisa karena kedukaan maupun keriangan. Disertai rona wajah yang memerah, sesenggukan nafas, guncangan pada tubuh bagian atas.
Tangis adalah saluran gejolak emosinal yang sangat rumit, ketika kata-kata tak lagi mampu menampungnya, tangis pun cara tercepat untuk mengembalikan keseimbangan emosional setelah mengalami guncangan yang keras.
* Ada karena taubat, rasa sesal.
* Ada karena kelemahan mental, cengeng.
* Ada juga karena faktor kelenjar air mata.
Ada beberapa kemungkinan orang tak menangis (lagi) dalam dzikir:
* Orang itu memang sudah beku betul perasaannya.
* Tangis sudah tergantikan dengan ketenteraman.
* Mengalalami proses kekebalan, jenuh.
sumber : http://keluargarana.wordpress.com/2010/07/11/menangis-saat-berdzikir-by-ust-wahfiudin/